Saturday 22 September 2012

Menguak dan Memahami Rahasia Galaksi Bimasakti

LAPORAN IPTEK

NASA-lembaga aeronautika dan antariksa AS-kembali memberikan pemahaman baru tentang galaksi dan alam semesta. Kali ini pujian ditujukan pada Observatorium Sinar X Chandra, yang berhasil mencitrakan panorama energi tinggi di pusat Galaksi Milky Way-di Indonesia lebih dikenal sebagai Galaksi Bimasakti-tempat tata surya kita berada.
Temuan ini sangat penting dan merupakan langkah maju untuk memahami kawasan paling aktif di Bimasakti, sekaligus memahami galaksi lain di seluruh jagat raya. Sebab seperti yang diungkapkan astronom Q Daniel Wang dari Universitas Massachusetts di Amsherst, AS, galaksi adalah semacam ekosistem di mana aktivitas di pusatnya berdampak pada evolusi galaksi secara keseluruhan.
“Karena pusat Bimasakti ini persis di ‘halaman belakang’ kita, kita bisa belajar dari situ tentang inti dan pembentukan galaksi lain,” paparnya.


Menurut Wang, yang pekan ini mempresentasikan 30 citra yang dihasilkan Chandra pada pertemuan Masyarakat Astronomi AS (AAS) di Washington seperti dalam siaran pers NASA, dengan adanya citra terbaru ini bisa diperoleh perspektif baru tentang bagaimana proses saling mempengaruhi antara bintang, gas, dan debu, juga medan magnet dan gravitasi di pusat galaksi. “Soalnya, pusat galaksi adalah sumber segala interaksi,” tambahnya.

***

PETA yang dihasilkan Chandra menunjukkan, ada sumber-sumber sinar-X individu dalam kilau yang dihasilkan oleh gas panas. Emisi dari difusi sinar-X itu tampaknya berkorelasi dengan segala kepadatan dan kedinamisan yang ada di pusat Bimasakti. Bintang-bintang terbentuk di situ dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dibanding yang ada di pinggiran galaksi. Selain itu, pusat galaksi didominasi oleh tekanan yang luar biasa tinggi membuat gas panas melompat dari pusat menuju halo galaksi.
Dinamika inilah yang juga membuat hampir semua bintang bermassa besar berlokasi di pusat galaksi dan dengan ganas membakar lapisan-lapisan di luarnya. Tidak heran bila sering terjadi ledakan supernova-bintangnya bintang yang massa dan panasnya tak terkira-di pusat dan kemudian mengalirkan gelombangnya ke seluruh galaksi.
Menurut tim Wang, juga terlihat adanya pendar dari atom besi yang berasosiasi dengan awan-awan molekuler berjarak beberapa ratus tahun cahaya, namun tidak bisa dijelaskan. “Ini mungkin jadi petunjuk, lubang hitam ratusan kali lebih terang di masa lalu,” tambahnya.
Alternatif lain adalah pendar itu mungkin terkait dengan partikel berenergi tinggi-disebut sinar kosmik-yang merupakan erupsi lubang hitam atau hasil produksi supernova.
Namun, pencitraan Chandra juga menimbulkan tanda tanya baru soal lubang hitam yang berada di pusat galaksi dengan massa tiga juta kali Matahari. Soalnya meski Chandra telah mengobservasi nyala api kecil di sekitar pusat lubang hitam, output tenaga yang diperoleh ternyata tetap kecil.

***

MENURUT kitab-kitab astronomi, Galaksi Bimasakti adalah kumpulan 400 milyar bintang dengan garis tengah sekitar 130.000 tahun cahaya. Hitung saja betapa tak terbayangkan luasnya kalau satu tahun cahaya sama dengan 9.500.000.000.000 km. Salah satu dari 400 milyar bintang itu adalah Matahari, yang dikitari lebih dari sembilan planet (planet-planet baru ditemukan dalam dasawarsa terakhir) termasuk Bumi.
Galaksi Bimasakti kalau dilihat dari samping berbentuk seperti cakram dan dari atas seperti spiral. Matahari kita yang menjadi pusat peredaran Bumi dan planet-planet lain di tata surya, letaknya sekitar 40.000 tahun cahaya dari pusat Bimasakti.
Seperti kerlap-kerlip metropolitan yang maha luas, citra terbaru Chandra menunjukkan ratusan bintang kate putih, bintang-bintang netron, dan lubang hitam yang bermandikan pijar kabut gas bersuhu multimilyar derajat yang mengitari lubang hitam.
Lubang hitam sendiri adalah obyek yang masih bersifat teoritis dan dipercaya sebagai faktor penting dalam proses evolusi jagat raya. Lubang hitam yang sangat padat secara visual hanya terlihat seperti setitik cahaya. Namun, energi yang dikandungnya lebih dari 100 galaksi raksasa.
Fisikawan Inggris Stephen Hawking menyebut lubang hitam terbentuk dalam kondisi turbulensi berkecepatan tinggi yang muncul setelah peristiwa ledakan besar (big bang), 15 juta-20 juta tahun lalu ketika jagat raya mulai terbentuk.
Astronom Farhad Yusuf-Saheh dari Universitas Northwestern AS-berdasarkan pengukuran dengan gelombang radio dan teleskop-memperkirakan ukuran lubang hitam 2,6 juta kali ukuran Matahari. “Lubang hitam adalah jangkar gravitasi yang membuat seluruh obyek di semesta berputar pada porosnya,” kata Yusuf-Zaheh.

***

SINAR X-juga sinar infra merah-memang merupakan andalan lain NASA untuk menguak rahasia antariksa. Soalnya teleskop Hubble, misi berawak maupun tak berawak yang dikirim ke antariksa, tak bisa menangkap semua dinamika yang ada di antariksa. Maklum saja, semesta yang tak terbatas itu juga menyimpan berbagai energi dan peristiwa yang tak kasat mata.
Teleskop Hubble saja, hanya akan memberi gambaran materi yang dapat ditangkap oleh mata. Ini ibaratnya mencari black hole secara visual, sehingga gelombang besar yang mentransfer massa secara luar biasa bakal tak terpantau.
Melihat kemajuan banyak negara mengeksplorasi antariksa-China dan India misalnya, sudah bergerak di bidang peroketan dan satelit-para peneliti Indonesia tampaknya hanya bisa gigit jari. Jangankan dana penelitian, untuk mengurusi pangan dan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat saja program pemerintah masih tambal sulam.
Mimpi ke antariksa memang masih jauh di awang-awang. Yang ada adalah kenyataan rakyat yang antre minyak tanah, mungkin disusul antre beras, sementara politisinya masih saja tidak peka dan gemar membohongi rakyat.(nes)

No comments: